Pujian Bawang Merah
Dia tidak bersusah-hati
sesudah terpisah dari suatu
dekapan yang pernah dieratkan.
Sesudah prima jadi siung
sampai. Dia ikhlas berikan badannya
buat hancur ditumbuk, tipis diiris-iris
atau bersmaaan dengan kancing.
Untuknya. Tidak ada yang lebih kuat
merengkuh, selainnya takdir. Tidak ada
yang lebih prima mengucur
terkecuali yang pernah lahir.
Seperti itulah, seadanya
dia terima seluruhnya
seputih badannya
seteguh baunya.
Sesiung Bawang Putih
Sesiung bawang putih
mungkin sempat gundah
pada muka tanah. Tunggu
hujan tumpah dan peluh
jatoh dari jidat-jidat berkarat.
Sementara, di bibir sumur
mendadak saja basah
membasuhnya.
Dia emosi, kayaknya
selanjutnya mengangsu air matamu
menjadi pertanda bersedih atas separah
perpisahannya dengan setengah
kulit luarnya.
Di pundak dapur
pada matamu yang menangis
setelah itu. Dia lemparkan semua
kedukaan, waktu setajam pisau
mengiris tipis kulitnya
mengganggu berbau badannya.
Sambel Merah
Di atas cobek
sejumlah kemarahan cabe merah
rebah ditambah lagi doa selamat
dari tomat dan seasin pengalaman
dari taburan garam.
Dengan bayangan santap
dan setumpuk nasi hangat.
Menjadi kiat nikmat
anak batu menari
hingga sampai lumat semua sedap
dan jidat-jidat berkeringat.
DI DAPUR UMUM
Kami rebus 100 kemas
kisah lama, seribu haru
dan sejuta mata cidera.
Di atas daun pisang, setelah itu
jari-jari kami menari, rayakan
hari yang masih ada, sepeninggalan
cuaca yang hingga sampai mengambil alih rumah
dan didalamnya.